Selasa, November 17, 2009

Catatan Pengakuan

Assalaamu’alaikum Wr.Wb

Kepada Bapak Kiai yang ananda cintai. Mohon maaf sebelumnya, jika ananda datang kepada Bapak Kiai hanya dengan catatan sederhana ini. Ada hal yang harus ananda jelaskan mengenai diri ananda yang lemah ini.

Bapak Kiai yang ananda cintai, salah satu cara ananda mencintai Bapak Kiai dan Al-Amien adalah ananda amat sangat ingin menjadi penulis yang baik. Itu mimpi ananda. Sebab, seingat ananda, itu adalah berasal dari mimpi Bapak Kiai juga yang selalu dipesankan kepada kami sebagai santri Al-Amien. Yaitu, pertama, dengan menjadi seorang penulis amal dakwah kita lebih luas ruang lingkupnya. Kedua, dengan menulis nilai dakwah kita lebih abadi. Dan ketiga, Al-Amien menjadi terkenal lebih dikarenakan para alumninya yang aktif menulis.

Mimpi dan pesan Bapak Kiai itulah yang tetap tertanam begitu kuat dalam sanubari ananda, hingga ananda tidak nyenyak tidur. Ananda selalu berpikir, bagaimana merealisasikan mimpi dan pesan tersebut. Ananda amat iri kepada mereka, yang membawa nama harum Al-Amien dengan karya tulisnya. Betapa indah hidup ini kalau ananda dapat mengikuti jejak mereka mewujudkan mimpi Bapak Kiai.

Maka dari itu, sejak beberapa tahun terakhir ini (2008-2009), ananda belajar otodidak dalam menulis. Tiap hari ananda menulis, menulis, dan menulis meski tulisan ananda sangat tidak bagus. Dan al-hamdulillah, hasil jerih payah itu terwujudkan dengan sering dimuatnya tulisan ananda sejak tanggal 24 November 2008 sampai sekarang di koran. Ananda menjadi bangga dan makin semangat menulis, meski mimpi ananda itu hanya mampu ananda tampakkan di level lokal (koran Radar Madura dan Majalah Qalam saja)

Namun, benar kata orang, dalam merangkai mimpi manusia tidak semudah membalikkan kedua telapak tangannya; ada aral, duri, sandungan, dan tangisan bahkan kesalahan yang pasti melintang di tengah jalan. Dan semua itu adalah uji coba; betul-betul seriuskah manusia menggapai mimpinya.

Ananda menulis sebuah karya ilmiah yang mendatangkan persoalan problematif bagi Al-Amien tercinta ini. Karya itu dimuat di Radar Madura, Sabtu 14/11 kemarin. Berjudul ”Tradisi, Logika, dan Agama”. Karya ananda tersebut malah menghasilkan sebaliknya: telah menyinggung, bahkan memojokkan Al-Amien, sial terhadap kebijakan Al-Amien, dan mengumbar aib Al-Amien. Inilah kesalahan ananda. Ananda akui dan sadari itu.

Jelasnya sebagai berikut:
Pertama, tulisan ananda telah membeberkan aib Al-Amien. Karena inspirasi yang ananda tulis dari sebuah kasus yang tidak jelas bagi ananda (negatif) terkait dengan kebijakan Al-Amien. Padahal, Al-Amien tidak demikian. Sehingga, para pembaca akan memandang negatif terhadap sistem kebijakan Al-Amien.

Kedua, tulisan ananda telah menyakiti banyak pihak di Al-Amien, terutama para pemegang kebijakan hukum/sanksi pelanggaran (hakim). Karena kasus yang menjadi inspirasi tersebut memang sangat sensitif dan tendensius.

Dan ketiga, di samping menyakiti banyak pihak tersebut, dalam karya tersebut ananda seolah-olah tidak terima atau sial terhadap keputusan pondok sekaligus membela pihak tertentu (santri terdakwa).

Itulah poin inti dari kesalahan ananda yang dapat ananda klarifikasi. Ananda akui dan sadari itu. Oleh karena itu, tidak ada kata yang dapat ananda sampaikan kecuali permohonan maaf kepada Bapak Kiai dan seluruh warga Al-Amien lainnya.

Namun, kalau boleh ananda adukan isi nurani hamba. Niat ananda dalam menulis karya tersebut betul-betul tidak terbesit sama sekali untuk mengungkap aib Al-Amien. Ananda betul-betul tidak menyangka fenomenanya akan terjadi seperti ini, meski pada akhirnya, ternyata, setelah melalui banyak pemikiran hasilnya demikian, menyakitkan Al-Amien. Sekali lagi ananda mohon maaf.

Sungguh, ketika memulai menulis waktu itu, di perasaan ananda hanya ada nilai inspiratif menarik yang kebetulan ada pada fenomena kasuistik itu yang harus ananda tulis. Sekaligus, yang ada di pikiran ananda waktu itu dorongan prinsipil dalam semangat menulis yang sempat ananda baca di beberapa sumber. Yaitu, kalau ingin menjadi penulis biasakan menulis tiap hari, apa saja yang ditulis, pokoknya menulis dan menulis.

Akhirnya, ananda menyadari bahwa itulah kekurangan ananda sebagai orang yang terlalu ambisius bahkan emosional untuk menjadi penulis. Ananda penulis pemula. Ananda menulis dengan kebodohan. Ananda telah salah cara mencintai Al-Amien. Terlalu ambisius membawa nama harum Al-Amien tenyata malah menyakiti Al-Amien. Astagfirullah. Sekali lagi kepada Bapak Kiai dan seluruh warga Al-Amien, ananda salah besar dan mohon maaf.

Ada beberapa rasa dalam nurani ananda dari fenomena memalukan ini. Pertama, ananda menyesal kepada diri sendiri atas kebodohan dan kecerobohan karya ananda; Ananda telah terlalu menyakiti Al-Amien.

Dan kedua, di sisi lain ananda dapat hikmah. Karena dengan ini ananda dapat mengambil ilmu yang betul-betul membekas dalam sanubari yang tak akan pernah terlupakan. Sekaligus sebagai bekal ananda untuk selanjutnya sebagai santri yang bermimpi menjadi penulis. Sungguh, tidak pernah ada dalam buku-buku pelajaran sekolah.

Selain itu, ananda betul-betul bangga terhadap warga Al-Amien. Karena saking cintanya kepada ananda, mereka rela meluangkan waktunya untuk menegor dan memperbaiki ananda dalam kebodohan dan dosa ini. Ananda ucapkan terima kasih tak terhingga. Semoga mereka selalu dicintai Allah SWT.

Ananda juga punya harapan: Ananda mohon doa Bapak Kiai semoga dosa ananda dalam karya tersebut tidak terlalu menyebar dan menebal; semoga aib karya tersebut cepat-cepat ditutupi oleh Allah SWT dan diganti dengan yang baik-baik. Dan ananda diampuni oleh Allah SWT.

Sedangkan bagi dunia jurnalistik Al-Amien, mohon kami (para pemimpi dunia tulis) lebih dididik kembali dan diarahkan dalam dunia ini, agar kami-terutama ananda-tidak tersesat di jalan untuk kedua kali.

Akhirnya, sekali lagi, ananda salah besar. Mohon maaf atas kedholiman dan dosa-dosa ananda tersebut. Dan, ananda ucapkan terima kasih atas perbaikannya. Yuhibbukumullahu daiman abadaa.

Wassalaamu’alaiku Wr.Wb
Al-Amien, 17 November 2009 M


Ananda yang Menyadari
Ali Sabilullah

(MOHON MAAF, CATATAN PENGAKUAN DI ATAS ADALAH KENANGAN TERINDAH DALAM MERANGKAI MIMPIKU SEBAGAI SEORANG PENULIS SEJATI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar