Kamis, November 03, 2011

YANG AWET MUDA KAWAN BERJATI


(Catatan reflektif sebuah persahabatan)

Sekilas bisa jadi tulisan ini terkesan GR (Gede Rasa) atau bisa juga pamer, dan semoga bukan takabbur. Tapi, saya tidak berniat demikian.

Saya punya seorang teman. Kira-kira 6 bulan yang lalu dari sekarang saya mengenalnya. Orangnya baik, dermawan, dan amat suka menolong meski orangnya tidak terlalu kaya. Saking baiknya, dia seperti saudara kandung saya sendiri. Umurnya jauh lebih tua dari saya, sudah berkepala 4, bahkan hampir sudah punya cucu. Meski demikian, dia masih tetap tampak muda, sehingga berteman dengan saya masih pantas. Fisiknya memang layaknya masih muda seumuran saya. Sampai-sampai ada sebuah anekdot, suatu hari saat dia mengambil raport putrinya yang sedang sekolah, ada yang mengira bahwa dia itu masnya (Pacarnya atau kakaknya), padahal bapaknya.

Kenapa begitu? Apakah dia punya resep awet muda khusus? Atau memang alaminya tampak fisiknya seperti itu?

Saya tanya dia, ternyata ada resepnya, jawabnya. Apa itu? Sederhana saja, hidup tidak usah ambil pusing, tapi enjoi dalam menghadapi segala hal. Pelan tapi pasti. Yag penting berusaha semampunya, doa, dan tidak macem-macem (tidak bermaksiat/neko-neko), lalu tawakkal, perbanyak kawan tapi disaring, dan suka menolong dalam kondisi bagaimanapun (tidak menunggu kondisi banyak uang), serta jangan sampai bermasalah dengan orang sedikitpun, misalnya selalu tepat waktu dalam memenuhi janji dan jangan mudah membuat hutang. Ringkasnya, baik bersosial dan baik berspritual; Selalu bersabar (enjoi, tak panik, tak berkeluh, tak pusing) dalam segala kesulitan sebesar apapun dan selalu bersyukur (nrimo) dengan rizki sekecil apapun. Ini jelasnya kepada saya.

Awet muda ini adalah keunikan yang paling tampak pada teman saya itu karena pandangan, prinsip, dan prilaku hebat yang dimilikinya sebagai kelebihanya dari pada yang lain.

Sejatinya, awet muda bukanlah berarti kita menjadi muda terus sehingga bertambah umur lalu kematian tertunda. Tapi, secara fisik, badan dan tenaga masih kuat sehat dan wajah tampak layaknya usia muda. Dengan ini diri menjadi selalu normal atau lancar beribadah dan bekerja atau beramal, serta PD bersosial, akhirnya orang suka kepadanya.

Secara batin, jiwa dan pikiran masih gress dan semangat layaknya anak muda. Sehingga, dari sini memiliki peluang dan jalan lebih luas atau panjang mewujudkan impian dan cita.

Lain dari pada yang cepat tua: tubuh rentan penyakitan, badan keropos, kulit keriput, wajah seperti langit mendung, kepala cepat memutih, tenaga menjadi loyo meski sebetulnya hitungan umurnya masih relatif muda. Sehingga, peluang buat beribadah, beramal, dan bersosial terganggu, akhirnya orang lain kurang suka kepadanya. Ini karena sebaliknya, jarang bersabar dan bersyukur, mangkel dan panik dengan kesulitan, selalu ambisi kurang dengan harta dunia, sombong, pelit, dan selalu sentimen dengan sesama, serta selalu membuat masalah dengan orang lain. Lebih dari itu, sibuk maksiat serta lupa ibadah dan Tuhannya.

Jadi, awet muda ini adalah tampak lahir batin, bukan tambah umur atau tertunda mati. Sebab, jatah umur atau kematian hanya Tuhan yang tahu selain jodoh dan rizqi, tapi dapat memanfaatkan taqdir jatah hidup itu dengan seoptimal mungkin dalam kebaikan. Da'i kondang sejuta umat, Zainuddin MZ  menyebutnya 3 hal misterius bagi manusia.

Sekarang, beralih ke topik semula, "kawan berjati". Apa maksudnya?

Begini, suatu hari, teman saya yang awet muda itu mengecek nomor saya di hpnya, lalu saya miscal dia. Di situ tampak nomor saya tertulis "Ali berjati". Saya kaget di hati, kenapa kok nama saya ditulis dengan tambahan aneh seperti itu? Secara diam-diam saya cek nama-nama kontak lainya tidak ada yang ditulis aneh lagi kecuali nama istrinya yang tertulis "syngku".

Saya sama sekali tidak mengurus nama itu kepadanya, saya tidak enak sendiri. Yang penting, yakinnya saya, maknanya tidak negatif. Bukankah berjati itu nilainya positif?

Berjati diri: diri yangg memiliki harga tinggi, terhormat. Namun demikian, saya justru lebih kawatir, sebab ini kepercayaan (amanah) dan tanggung jawab. Dipikir-pikir lagi, ini lebih berat. Lebih baik tertulis humoris atau negatif semisal centol, sontol dll tak ada tanggung jawab, malah menguji kesabaran diri, dan dapat bersikap bebas.

Maka, gara-gara itu saya harus ekstra hati-hati dalam bersikap terutama di depan teman saya itu. Saya juga kepikiran berat gara-gara itu. Memikul kepercayaan dan tanggung jawab ini saya rasa amat berat. Lebih berat dari pada menanggung malu dan sedih karena didholimi, dihina, atau disakiti. Sebab, satu kali saja lengah dalam kepercayaan dan tanggung jawab, ini berakibat hina yang makin meluas dan berkepanjangan dalam segala hal. Lebih-lebih teman saya itu juga kerap menjelaskan, bahwa sekali orang tidak percaya, maka selamanya tidak percaya. Bahkan, dapat merambah ke anak cucunya, "Ini lho anaknya si itu yang suka menipu dulu", orang akan berkata demikian. Katanya.

Akhirnya, saya renungi, sejatinya yang lebih pantas dijuluki "kawan berjati" itu ketimbang saya adalah dia, "Yang awet muda kawan berjati". Mengingat, amal salehnya lebih giat dari pada saya; saya yang suka ditolong, dia yang suka menolong. Subhanallah. Semoga kita semua dapat menirunya; saleh sosial dan soleh spiritual; berprilaku baik kepada orang lain, suka menolong, sekaligus giat salatnya.

Pulo, 11 05 2011



Tidak ada komentar:

Posting Komentar