Oleh: Ali Sabilullah, S.Fil.I
Khutbah Pertama
الحمد لله الذى خلق السماوات والأرض وجعل الظلمات والنور ثمّ الذين كفروا
بربهم يعدلون. أشهد ان لا اله الاالله وحده لاشريك له وأشهد ان محمدا عبده ورسوله.
اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك محمدٍ وعلى آله وصحبه أجمعين، أمّا بعد:
فيا عبادالله, أوصيكم و إياي نفسى
بتقوى الله. فقد فاز المتقون وخاب الطاغون. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Saudara-saudarku, Jama’ah salat Jum’at yang dicintai Allah
Mari kita selalu merawat dan meningkatkan iman dan taqwa
kita kepada Allah swt. Dengan sepenuh jiwa raga serta dari lebih utama dari
segalanya. Dalam situasi atau kondisi apa dan bagaimanapun kita. Baik dikala sehat
maupun sakit, kaya maupun miskin, kuat maupn lemah, semanagt maupn lelah,
senang maupun susah, untung maupun rugi, menang maupun kalah, sukses maupun
gagal, bangga maupun kecewa, istirahat maupun bekerja; saat berada di tempat
kerja, ladang, kantor, dsb. Mari kita selalu berupaya bagaimanpun iman dan
taqwa kita jangan sampai kendor, kurang, maupun lemah, apalagi tercerabut dari
jiwa raga kita.
Sebab, orang yang tidak beriman atau tidak bertaqwa kepada
Allah, ibarat mayat. Mayat yang hidup, mayat yang berjalan. Dia hidup tapi
jiwanya tidak nyambung dengan rahmat Allah yang Maha hidup. Jiwanya telah mati
dari menaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangannya. Bahkan, bukan
hanya tidak mena’ati perintah Allah, bukan hanya tidak salat misalnya, bukan
hanya kerjanya bermaksiat misalnya, akan tetapi malah hobi menyakiti yang
lainnya, suka menyesatkan yang lainnya, gemar mengajak atau membuat yang lain
bermaksiat seperti dirinya. Orang yang seperti itu jiwanya lebih keras dari
batu. Hidupnya sekedar menjadi istidraj atau eluan dari Allah.
Saudara-saudarku,
Jama’ah salat Jum’at yang dimulyakan
Allah
Mari kita renungi, salah satu ciri orang yang betul-betul
beriman dan bertaqwa kepada Allah yang paling utama adalah salat. Apakah kita
telah menjadi orang yang betul-betul menegakkan salat? Atau kita menjadi orang
yang sudah menegakkan salat, tapi sudah betulkah salat kita?
Acapkali terjadi, dan mungkin terjadi pada diri kita
sendiri: salat menjadi nomor yang ke beberapa kalinya dari pada aktivitas yang
lainnya. Mengerjakan salat kalau sudah selesai urusan yang lain, selama masih
urusan lain belum selesai salat tetap tidak dilaksanakan, bahkan waktunya sampai
diundur-undur dan kehabisan.
Mari kita amati, misalnya, banyak sekali terjadi atau
bahkan pada diri kita sendiri, kalau Hp berdering tanda ada panggilan atau sms
dari saudara atau teman dengan segera menerimanya, namun ketika ada suara adzan
panggilan dari Allah untuk segera salat nyantai-nyantai saja, seakan tak
mendengar apa-apa, bahkan waktu salat masih panjang, pikirnya. Bahkan, saat
naik sepeda di jalanpun HP yang dibelan
belani, hp berdering langsung kebingungan segera dirogoh disakunya lalu
dibuka sambil bersepeda tanpa ada rasa takut jatuh atau kecelakaan. Kalau ada
suara adzan deringan dari Allah, lanjut-lanjut saja, bahkan adzan tak terdengar
saking fokusnya naik sepeda.
Jadinya, kalau dipikir-pikir, deringan Hp lebih penting
dari pada salat, HP lebih utama dari pada Tuhan. Belum lagi Tuhan dikalahkan
dari kegiatan-kegiatan yang tampak lebih menggiurkan lainnya, sperti
acara-acara televisi, ngobrol-ngobrol, nongkrong di kafe-kafe, oplosan, dan
sejenisnya. Nastaghfirullah wa Nu’udzubillahi min dzaalik.
Padahal, berapa lamakah waktu mengerjakan salat sebanyak
hanya 5 waktu itu? Mari kita hitung, kalau kita salat normalnya dengan bacaan
tartil itu saja memakai waktu sekitar 15 menitan, itu yang 4 rakaat, anggaplah
15 menit untuk semua masing-masing salat 5 waktu itu. 15 menit kali 5 waktu
hasilnya 75 menit atau 1 jam lebih 15 menit. Jadi, mengerjakan salat 5 kali
sehari semalam itu cuma menghabiskan 1 jam 15 menit saja. Ini bagian waktu yang
kita pakai untuk menghadap Allah hanya 1 jam 15 menit saja sehari semalam dari
24 jam.
Bandingkan dengan waktu yang kita pakai untuk selain
beribadah kepada Allah. Waktu untuk sekedar telponan atau smsan saja sampai
berjam-jam dalam sekali telpon. Waktu untuk nonton televisi saja bahkan sampai
semalaman, waktu untuk nonton sepak bola saja kita belan-belani sampai
berjam-jam. Waktu untuk Allah itu tidak ada seberapanya dari pada aktivitas
yang lainnya. Sibuk aktivitas ini dan itu, sibuk acara ini dan itu.
Padahal, Allahlah Tuhan yang menentukan segala kehidupan
kita, Allah yang menciptakan kita, Allahlah yang dengan segala welas asih-Nya selalu
memberi kita rizki sehingga kita bisa makan, menyehatkan kita, menggerakkan
tubuh kita sehingga kita bisa berkegiatan, dan Allahlah yang dengan kuasa-Nya masih
eman mempertahankan nafas kita masih melekat dengan tubuh kita sehingga
kita hidup. Andai Allah sakit hati, andai Allah Tega, atau andai Allah Kejam, tidak
dapat dibayangkan bagaimana jadinya kita yang tidak taat pada Allah, yang tidak
mengerjakan salat. Untungnya, Allah bukan seperti itu, tapi Allah Maha Cinta
Welas Asih, Pengasih dan Penyayang, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Kaya, dan Maha
Bijaksana. Dia Mengasihi kepada siapa saja, toh kepada hamba-hamba-Nya yang
tidak mena’ati-Nya, yang sombong dan melupakan-Nya.
Dengan demikian, alangkah berdosanya kita, alangkah tidak
tahu bersukurnya kita, alangkah kurang ajarnya kita, dan alangkah jahatnya kita
kepada diri kita sendiri, tidak mena’ati, berbuat seenaknya saja, dan melupakan
Allah yang Maha Asih Punya hidup dan Mati. Diperintah salat 1 jam 15 menit saja
sehari semalam kita keberatan, kita tinggalkan. Padahal, kita tidak punya
apa-apa, kita tidak kuasa apa-apa. Kapanpun Allah berkehendak mencabut
segalanya dari kita, bahkan nyawa kita, kita tidak berdaya apa-apa, bagaimanapun
jayanya kita, hebatnya kita, kita akan musnah seketika.
Allah Berfirman:
قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الأرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ, قَلِيلا مَا
تَشْكُرُونَ, قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ
وَالأفْئِدَةَ
Artinya:
“Katakanlah: "Dia-lah Yang
menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. Katakanlah: "Dia-lah
Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nya-lah kamu
kelak dikumpulkan". (Al-Mulk: 23-24).
Saudara-saudarku,
Jama’ah salat Jum’at yang dimulyakan
Allah
Bagaimanapun manusia, apa yang dimilikinya di dunia ini
hanya ada tiga macam: yang 2 macam hanya bisa dinikmati di dunia saja, dan yang
1 bisa dibawa sampai mati. Pertama, apa yang kita makan dan minum, dapat kita
miliki atau kita nikmati hanya sebatas sampai pada kerongkongan saja. Ini
sangat pendek sekali bisa kita nikmati. Seenak apapun dan semahal bagaimanapun
makanan tetap saja akan habis sampai pada kerongkongan. Jangankan sampai di kerongkongan,
bahkan hany terkena penyakit sedikit saja sudah tidak berguna makanan yang
nikmat-nikmat itu. Bnyak kita lihat orang yang kaya raya, tapi hanya gara-gara
penyakit yang bersarang ditubuhya, dia dilarang makan ini makan itu.
yang kedua, apa yang kita miliki atau kita pakai sekitar
kita, rumah, kendaraan, istri/suami, anak-anak, harta, saudara, pengikut, dan
sejenisnya. Ini akan bisa kita nikmati hanya sampai di atas kuburan saja.
Jangankan menikmati, melihat ucapan terakhir yang tertulis besar-besar “Ikut Berduka Cita” yang diukir dengan indah dipajang
di rumah atau di atas kuburan kita, atau sekedar melihat lambaian selamat
tinggal, kita tidak bisa lagi. Jangankan saat mati, banyak sekali kita melihat
orang yang bermobil mewah dan beristri cantik, semua itu tak bisa ia nikmati,
hanya gara-gara penyakit, dia dilarang ke mana-mana pakai mobil mewahnya
kecuali dengan ambulan, apalagi mau makai istrinya yang cantik.
Dalam hal ini Allah swt menegaskan dalam surat Al-Haqqah:
25-31,
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا
لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ, وَلَمْ أَدْرِ
مَا حِسَابِيَهْ, يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَة,َ مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَه,ْ هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ, خُذُوهُ
فَغُلُّوهُ, ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ,
Artinya, “Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya
dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya
tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa hisab
terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala
sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang
kekuasaanku dariku,” (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah
tangannya ke lehernya." Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang
menyala-nyala.
Yang ketiga, ibadah dan amal saleh. Ini sesuatu yang
apabila kita miliki juga bisa ikut kita sampai mati. Ibadah, misalnya kita giat
salat. Amal saleh, misalnya sodaqah, memberi makan fakir miskin, berprilaku
santun, menjaga lisan, ilmu yang bermanfaat, anak yang saleh, dan tidak
bermaksiat.
Jadi, dengan demikian jelas, kalau kita sudah tahu bahwa
segalanya akan musnah, kecuali ibadah dan amal saleh itu, maka kenapa kita
tidak bosan-bosannya, tidak lelah-lelahnya, hanya sibuk urusan duniawi semata
sepanjang hari, yang tentunya bagaimanapun tetap akan musnah, bahkan hanya akan
menjeruskan kita kepada kesengsaraan neraka, seraya justru berat, enggan bahkan
dengan sombongnya menantang perintah Tuhan.
Maka, sejatinya, kalau kita tidak salat atau salat tapi
masih hobi maksiat, sejatinya kita menukarkan kebahagiaan dengan kesengsaraan
berkepanjangan, menukar keabadian dengan kesementaraan, menukar akherat dengan
dunia, menukar sorga dengan neraka. Bahkan dengan lelah sekali mengumpulkan
harta sepanjang hari, dan kaya raya, malah akhirnya hanya membuatnya mati masuk
neraka. Alangkah amat sengsaranya orang seperti ini.
Sedangkan yang tanpa biaya besar, yang mudah, yang tidak
menyibukkan, yang dapat menenangkan, yang hanya membutuhkan waktu sedikit
sekali, yang tidak melelahkan, dan yang mengajak kepada kebahagiaan yang abadi
yaitu ibadah dan amal saleh, dia tinggalkan, dia bosan, bahkan dia reseh.
Sampai lelahkan kita melakukan salat 15 menit itu? Sampai
sakitkah kita melaksanakannya? Atau apakah ada yang kenak strok gara-gara salat
hanya 15 menit itu? Lalu kenapa banyak yang berat beribadah dan enggan taat
kepada Allah?!
Saudara-saudarku,
Jama’ah salat Jum’at yang dimulyakan
Allah
Mari kita renungi Ayat-ayat Allah swt dibawah ini:
وَاسْتَعِينُوا
بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِين الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو
رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Artinya,
“Dan mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya (mati).” Al-Baqarah ayat 45-46.
Pada
suarat Al-Ma’aarij: 19-23 Allah menjelaskan:
الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ, إِلا الْمُصَلِّينَ, وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا, إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا, إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
Artinya, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh
kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila
ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat,
yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya,…”.
Pada ayat yang lain Allah menegaskan:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ إِلا أَصْحَابَ الْيَمِين فِي
جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ عَنِ الْمُجْرِمِينَ مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ قَالُوا
لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ
الْخَائِضِينَ وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ
Artinya, “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang
telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya
menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, "Apakah yang
memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat, dan kami tidak (pula)
memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama
dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari
pembalasan, hingga datang kepada kami kematian" (Al-Muddasstir:
38-47).
Akhirnya, mari kita selalu berupaya beriman dan bertaqwa
sebenar-benarnya terhadap Allah swt. Mari kita belani salat, ibadah, dan
amal saleh. Serta selalu bertaubat, memohon ampunan dan Ridlo Allah yang Mah
Welas Asih dan Pengampun.
باركالله
لى ولكم بما فيه من الآيات والذكرالحكيم وتقبل الله منى ومنكم تلاوته إنه
هوالسميع العليم.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ قَالَ اللهُ
تَعَالَى: اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Ya Allah ya
Tuhan kami yang Maha Pengasih dan Bijaksana, jadikan kami ya Allah sebagai
hamba-hamba-Mu yang ahli ibadah, berhati bersih, yang penuh saling welas asih,
jauh dari hati yang kotor, jiwa yang arogan, sikap merasa benar sendiri,
prilaku sombong, dengki, dan saling merendahkan di antara sesama kami. Serta
jauhkan kami dari jiwa yang suka dan bangga dengan maksiat. Ya Allah, ampuni
kebodohan kami, kelemahan kami, kelalaian kami, kemaksiatan kami dan dosa-dosa
kami.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ
تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ،
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar