Rabu, Desember 17, 2014

Diblokir: Sebegitu Sesatkah Saya?



(Catatan kritis-historis dari seorang hamba lemah yang ingin betul-betul cocok di sisi Allah)
Oleh: Ali Sabilullah, S.Fil.I
Sebelumnya, saya mohon maaf kepada sahabt2 pembaca yang baik, semoga catatan ini tidak mengandung unsur-unsur arogansi apalagi provokasi. Saya hanya sekedar ingin sharing bersama tentang sebuah pengalaman ketika saya diblokir dari sebuah komunitas di FB, lantaran mungkin saja catatan saya dianggap kekacauan yang dapat menggangu. Padahal saya berniat mencari kebaikan yang sejatinya. Begitu juga cara dan bahasanya.
Begini, ini kelanjutan catatan dialogis sy sebelumnya via FB menanggapi postingan seorang ustd yang mengiklankan dirinya sebagai ahli pengobatan nabawi, pendakwah tauhid, dan pembasmi kesyirikan.
Berawal dari sebuah pelatihan pengobatan ala Nabi, sy ikut dan disuruh membawa jimat2 atau keris untuk dijelaskan kesejatiannya lalu dimusnahkan setelah melalui proseduralnya. Sebagai seorang yg ingin belajar dan bertauhid murni sy bawa 1 koleksi keris sy yg terbagus (bukn tersakti) dg niat dapat sebuah pemahaman, apakah prilaku saya menyimpan keris dan kerisnnya itu ada unsur syirik atau tidak.
Ternyata setelah dikumpulkan tidak disinggung masalah keris dan jimat itu sedikitpun. Keris dan jimat2 yg dikumpulkan itu tidak ada kabarnya.
Singkat cerita, belakangan saya tanya keris itu via FB kepada ustdz bersangkutan, ternyata kesimpulan jawabannya tidak enak. Seenaknya dia mengklaim saya, tidak usah ngurus keris yang membuat syirik itu. Lebih sinis lagi dg bahasa ceplas ceplos dia menganggap hati sy telah tertutup karena tetap saja tidak bisa memahami sesuatu yang membuat syirik meski telah mengikuti pelatihan itu (ilmu ruqyah), karena sy pernh bilng tdk dpt ilmunya keris. Padahal sy cuma ingin kepastian kemananya dan diapakan keris itu. Demi sebuah ketauhidan.
Tidak cukup itu, semua pertanyaan saya satupun tidak ia jawab, malah langsung memposting sebuah catatn pedas di komunitasnya yg menyinggung persoalan saya itu, berjudul: ‘Jimat barang Siji seng Dirumat’.  Isinya mengenai pemastian keris sebagai bagian dari jimat yang syirik, tidak mendatangkan apa-apa, malah dapat mendatangkan malapetaka dari khaddam jin yang bersarang di dalamnya, sehingga keris2 harus dimusnahkan; dengan yakin juga dia memastikan tidak ada keris yang membuat nangis tambah iman dan menjadi penyemangat tahajjud. (ini menyinggung sy yg menyebutkan keris sy yg gak ada kbrnya itu menjadi PERANTARA penyemangat mbah sy istiqamah tahajjud karena mngingatkan masa perjuangan buyut dahulu). Padahal, sekedar sbg perantara dalm kebaikan apapun bisa jadi asal tidk keluar dr syar’i spt mbah sy itu. Termasuk seorang tokoh Habibpun demikian.
Ditambah dg konfirmasi kepada sebuah komen seorang wanita (yang menjadi subjek catatn saya di bawah ini) mengadu tentang koleksi keris warisannya yang banyak yang diyakini sering mendatangkan malapetaka bagi keluarganya. Spontan saja ustad tersebut memerintah sdri itu jangan takut-takut membakarnya, dimusnahkan saja semuanya. (Sebuah solusi yang kaku dan destruktif)
Akhirnya, dg semua perilakunya itu, saya merasa ustadz yang mengaku komunitas tauhid tersebut memiliki etika perilaku keagamaan yang kurang baik (mengklaim pasti saya seenaknya) sekaligus memiliki etos keilmuan yang tidak bertanggung jawab (mengabaikan semua pertanyaan sy), maka sy kejar dia tetap dg cara dan etos keilmiahan yang lurus-lurus, eh malah akhirnya dia makin menjadi dg meblokir link saya.
Di bawah ini sebagian catatn dialogis sy paling akhir untuk menanggapi catatn ustd yg menjajah saya tersebut yg gagal terkirim setelh terblokir. Dg terpaksa saya posting di dinding fb dan website pribadi sy. Dg harapan, setidaknya saya bukan orang pengecut, atau mungkin ada masukan cantik dr sahabat2 pembaca.
*Sdri Triie Anjaniie, bukn kerisnya itu yg mbuat syirik, tp pikiran atau cara pandang kita sj. Jngnkan keris, uang dan apa sj di sekitrnya bisa menjadi perantara syirik. apalgi memang sdri berpikirn atau dari wejangan seorang ustd sdri yg menggalakkan anti syirik, bahwa keris itu minta darah, atau membawa sial, atau mintak tumbal. Sama halnya kita bilang, "BAKAR SAJA KERIS-KERIS ITU, BIAR TIDAK MENDATANGKAN MALAPETAKA BAGI KITA". Sdri, justru bukankah ucapan seprti ini yg mengandung kesyirikan?
Buknkah kekuasaan dan yg berkehendak menentukan segalanya adalah hanya Allah semata? Lalu knp kok justru keris2 itu yg dianggap demikian alih-alih mau dimusnahkan?! Justru membakar keris lantaran punya anggapan DAPAT MENIMBULKAN PETAKA atau ADA JINNYA YG DAPAT MENCELAKAKAN itulah yg mbuat kita kurg bertauhd kpd Allah.
Kalau tauhid atau tawakkal kita betul2 mulus hanya semata untuk Allah kita tidak perlu merusak peninggalan2 itu. Kalau kita betul2 bertauhid dan bertawakkal kepada Allah semata, kita tidk akan terpengaruhi apapun di sekitar kita, apalagi dibarengi dengan buruk sangka kepada siapa dan apa yg ada sekitr kita, membuat syirik katanya, apalagi membakar keris lantaran meyakini KERIS2 ITU ADA KHADDAM JINNYA YANG DAPAT MENDATANGKAN MALAPETAKA SEHINGGA HARUS DIBAKAR.
Ketahuilah, keris itu tidk syirik, tidk memiliki kekuatan apa2. Bahkan keris2 itu memiliki sejarah tersendiri yg justru menjadi ibrah dari kaum-kaum terdahulu.
Seringkali kita takut syirik dg perilaku, pandangan, atau perkataan yg justru sejatinya itu sendiri yg mbuat kita syirik.
Allah sj menegaskan, agar kita melihat sejarah, mengamati peninggalan2 orang2 terdahulu, agar menjadi ibrah, sebagai cara atau perantara untuk makin yakin keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah.
Lihatlah, sampai2 Allah mengabadikan mayat  fir’aun, mengabadikan bekas2 budaya kaum terdahulu, Madyan, Stamud, ‘Ad, kaum Luth, dan lainnya, termasuk di Indonesia bekas2 kerajaan atau keris2 misalnya dan lainnya, kita juga masih bisa melihat jejak2 Rasul dr peninggalan2nya berupa pedang dll miliknya (bahkan ada satu pedangnya bernama Al-Fajar yang berukir dua naga dan berlapis emas warisan dari ayahnya),  semua itu sebagai ayat-ayat kebesaran Allah sekaligus agar menjadi ibroh bagi kita untuk makin yakin dan cinta hanya kepada Allah semata.  Kita bisa lebih cinta kepada Rasul. BUKAN UNTUK DIMUSNAHKAN.
Begitu juga, kita bisa mengingat Rasul, bahwa Beliau tidak berperilaku merusak tp menjunjung etika luhur. Dalam berperang Beliau melarang menghancurkan segala sekitarnya termasuk bangunan2 gereja. Di saat Rasul diganggu Iblis saat salat di sebuah Masjib Beliau juga tdk arogansi membasmi Iblis itu, tp Beliau masih menghargai Sdranya Nabi Sulaiman yang dahulu memiliki bala tentara bangsa jin.
Andai boleh dibahasa-gamblangkan beginilah maksudnya firman2 Allah itu: Ini lho bukti akibat orang2 dlolim, atau ini lho balasan orang2 baik, atau ini lho bukti perjuangan dulu”! Maka jangan gampang menklaim syirik seseorang lantaran dia merawat keris-keris. Liht juga para wali songo, dan banyak kiai-kiai sepuh yng menyimpan keris2 itu.
Ini salah satu firman Allah itu yang artinya:
 Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu MELIHAT (sbg ibrah/kontemplasi) bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS, Fathir: 44).
Lalu, kalau Allah sj demikian, knp kita lantas mau merusak peninggalan2 itu?! Apakah kita tidk percaya dg firman Allah ini lantaran dalih waspada dari syirik?! Atau lebih percaya kata-kata orang yg belum pasti kebenarannya dari pada firman Allah?
Kedloliman atau kesyirikan semua itu ada pada pikiran dan hati kita. Kita memang harus bertauhid dan mjauhi syirik, tp di sisi lain kita juga bukan pengrusak. Dlm agama bukn hanya hukum halal-haram, bid’ah-sunnah, atau tauhid-syirik saja yang ada, tp di situ juga ada akhlaq atau etika (makaarimal akhlaq): Rahman Rahimnya Allah, dan misi sejati Rasulullah, Rahmatan lil’alamin, kebesaran Allah.
Mari kita renungi: tidk bisa dibayangkan kalau semua peninggalan mau dimusnahkan gara-gara diklaim ada khoddam jinnya yang dapat membawa petaka. Justru bukankah prilaku seperti ini, selain menunjukkan sikap atau mental keimanan dan ketaqwaan yang nihil, juga bisa-bisa mjadi sikap menantang firman Allah di atas?!
Begitu juga, perlu dipertegas, perbedaan antara jimat yg dilarang dalam Hadist Rasul itu dan keris-keris atau peninggalan2 sejenisnya.
Memang, siapa saja yg sengaja datang kepada dukun atau kiai lalu minta jimat atau berupa bungkusan2 lainnya untuk niat ini itu, baru itu syirik. Sama halnya, nyembh keris, atau bilng keris mendatangkn malapetaka, baru ini syirik. Tapi yg syirik bukn kerisnya, orngnyalah yang harus diluruskan. Seperti halnya, anda takut syirik, maka diri anda yg harus belajar dan bertaubat, bukan malah membakar semua keris2 peninggalan ayah atau buyut2 anda.

Tidak ada benda atau keris itu syirik apalagi MEMBUAT SYIRIK, justru ucapan seperti ini secara samar masuk syirik. bahkan, segala benda di semesta ini hanya memuji Allah, mereka bisa jadi lebih bertauhid dari pada kita. amati ayat Allah ini: "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (QS, Al-Isra': 44)
Pun bukan keris atau jimat saja, anda sibuk ngurus uang, sampai lupa salat maka anda syirik. Bahkan, dalam hadist Nabi diterangkan bahwa paling kecilnya syirik adalah senang ketika melihat orang lain susah.
Malahan, keris2 itu bisa menjadi perantara pengeling (ibroh/intropeksi) terhadap masa lalu sesepuh2 anda, kalau baik ditiru dan kalau buruk mari mhonkan ampun, jikalau anda mau belajar dan mau merenungi dg baik. Kalau dimusnahkan mka lantas tdk ada sisi2 sejarah yg dapat mengingatkn masa lalu sesepuh2 anda.
Jadi mungkin begini: Tidak semua keris atau peninggalan2 kuno itu jimat, dan tidak semua jimat itu berupa keris.
Begitu juga: semua yang diniatkan jimat itu sudah pasti syirik, tapi bukan semua yang syirik itu adalah pasti jimat.
Begitu juga: bukan semua orng yang tampak mendakwahkan tauhid itu betul-betul diridloi Allah, tp orang yang diridloi Allah pasti betul-betul bertauhid kepada Allah. Wallahu ‘alamu bisshowab.

Jatikerto Malang, 17122014 M

2 komentar:

  1. wah,,,wah.. tulisannya keren pak ustad..!
    analisa yang dalam sekali... suka sekali dengan tulisannya antum...

    kaifa haalukum... sekarang antum masih di ma'had??

    BalasHapus
  2. Akhi yg baik, al-hamdulillah bikhoir. wa kaifa akhi?
    Ctatan ini sekedr luapan hati saja yg ditulis biar lebih abadi dan berarti.
    Oya, catatn di ats sy REVISI dan yg sekarng lebih utuh, ada penambahan2. soalnya postingan kemrin keburu-buru. Dan di bawah ini sebagi pengembangn dialogisnya yg berlanjut sbg komen dri postingan sebuah komunitas via FB. Kamu bisa membacanya dan mengamatinya sbg sbuah tambhn pengetahuan.

    "Seblmnya mohon maaf, bagi para saudara sy fi tauhidillah di sini, soal jimat perlu diklarifikasi yg jeli. tidk sprt penglmn sy seblumny, ikut sebuah pelthn disuruh bawa jimat, keris dan sebagainya, eh malh gak ada juntrungnya, sy urus juga gak ada juntrungnya, pembahasany juga tdk ada, bhkan sy dibilang ngurus barang syirik. Anehnya, sampe sekrg masing2 panitia gak ada yang tahu. ini bagimana menejemennya? orng jauh2 mementingkn ingin dapat ilmu malah seenaknya gak tau urusan jimat ato kerisyg dikumpulkan. ini bisa menimbulkn fitnah. orng2 akn bertanya-tanya. jangn2 setelh acara digeletakkan begitu saja, tanpa ada yg urusan. shg gak ada kbrnya. ini jadinya malah kan bisa menunjukkan etika yang kurang baik dan etos keagamaan yang jusrtu nonsunnah
    Begitu juga klarifikasinya, jimat mn yg perlu dibakar dan yg mn yg memerlukan penangan lebih kreatif. Keris misalnya. Ini bukn benda syirik tp ada nilai lain yg perlu dipertimbangn. keris itu nilai peninggalan budaya yg justru bisa menjadi ibrah seprti halnya peninggaln2 kaum dahulu, pedang2 Rasul di musium istambul, mumi fir'aun, peninggalan2 kaum 'Ad, madyan, Stamud, dn lainnya yg justru Allah sendiri yg mengabadikan sebagai ibrah bagi umat2 setelhnya, kalau di Indonesia mungkin budaya keris, candi, dan sejenisnya itu. lihat penegasan Allah ini: “Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu MELIHAT (sbg ibrah/kontemplasi) bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS, Fathir: 44).
    Maka, klo semua peninggalan dianggap jimat dan syirik, lalu bagaimana pengamln firman Allah ini?! jadi bukan bendanya yg syirik tp ornnyalh yg bisa syirik. shg klo ada org yg nyimpan keris bukn malh kerisnya yg dibkar, tp justru orngnyalh yg dikasih jln sebenarnya.
    Ikhwani fillah, tdk semuanya or yg menggalakkan tauhid dn menumpas kesyirikan itu diridloi Allah, tp semua orng yg diridloi Allah sudh psti bertauhid hebat. begitu juga tidk ada segala benda itu syirik dn tidak bisa menyebabkn syirik kecuali segalanya memuji Allah. Amati ayat ini: "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Al-Isra': 44).
    Jadi, Sekali lagi, buknlah bendanya yg syirik tp pemahaman atau pandangn orannylh yng menjadi PERANTARA SYIRIK itu.
    Sy ingin tahu, apa dasr sdra2 bilng benda atu keris itu syirik atau MENYEBABKAN SYIRIK shg hrs dibakar?!, justru ucapn spt ini yg secara smar masuk syirik.
    Maka sejatinya tugas muslim, sling memahami, mengingtkn, BUKAN SALING MERUSAK, MEMUSNAHKAN, ATO MENGKLAIM SYIRK ATO BID'AH YANG LAIN." Wallahu 'almu bissowab. Astagfirullahal 'adzim."

    Akhy Agha, sebetulnya sy gak mau begini, berdebat soal agama, tp bgmn lgi, sy niatnya baik2, dg cra yg lembut malh diklaim seenaknya tanpa etos keilmuwan dan keagamaan yg baik.
    Paling tidk, biar tahu, bahwa dalm beragama manusia itu tdk sendirian. dan tiiap hamba Tuhan juga ingin mencintai sekaligus dapat cintanya Allah. Itu saja

    He.....

    BalasHapus